Pada suatu pagi yang cerah menjelang siang, seorang mahmud
asad --- mamah muda anak sudah dua--- berbaur di
pinggir lapangan bersama mahmud – mahmud jenis lainnya. Peluh menetes
memberlian bersama hati yang membuncah bahagia melihat kedua anaknya tengah berpesta siaga . Cikal – cikal coklat itu terlihat
gembira dan bersemangat. Dilingkupi Dwi Dwarma, Dwi Satya.
Seperti
biasanya, diadakan seremoni upacara pembukaan. Penyiapan barung, penghormatan
kepada Pembina upacara, pidato pembukaan.
“Haduh…duh….
tuh anakku. Jangan grogi ya nak…biar jalan baris sambil mbawa nampannya bagus… “
Si mahmud asad dan mahmud gengnya heboh,
kemudian sibuk memotret momen itu. Putri
kecil mahmud asad, diapit dua putri di kanan kirinya , mendapat kepercayaan membawa nampan untuk
diserahkan kepada kak Pembina pramuka kab- Cilacap, yaitu Ibu Bupati Cilacap.
Bapak Bupatinya duduk di panggung mimbar kehormatan. Setelah nampan sampai, Ibu Bupati mengambil
gunting diatasnya, kemudian melakukan pengguntingan pita. Balon yang diikat
pada pita pun berterbangan meriah indah.
Diiringi tepuk pramuka yang membahana.
“Ah…balon
– balon itu. Seperti berwarna warninya
kecerian anak- anakku “ si mahmud asad terus memotret. “Keceriaan yang
mungkin kadang sedikit hilang ketika aku mulai menekankan prestasi dengan alasan
demi kebaikan dan mempersiapkan persaingan di masa depan. Balon…balon….seperti
pernah aku baca di blognya seorang blooger. Hidup itu seperti Balon; udara yang
terisi adalah proses kita menjalani; ada yang ditiup ada yang menggunakan alat;
setiap balon begitu unik, karena masing masing memiliki tingkat kerenggangan
yang berbeda; jika dipaksakan ditiup terlalu besar maka akan meletus; ada yang
diisi udara ada juga yang diisi gas agar bisa terbang; bisa dibentuk dan
mempunyai beragam bentuk tergantung fungsinya; jika tidak pecah pada akhirnya
balon tersebut berangsur-angsur menyusut kembali kebentuk semula sepeti belum
pernah di tiup “
Kemudian
dilanjutkan dengan tarian massal. Anak sulung lanang mahmud asad turut di situ.
Mahmud asad memotret juga menshootingnya.
Pesta
siaga memperlombakan berbagai macam ketrampilan. Tali temali, sandi, indra
penciuman, pengetahuan umum, dll. Tiap barung peserta melewati semua pos
perlombaan, hingga siang menjelang sore.
“Mah…nih
Beril dapat ini dari Ibu Bupati “ Beril menyerahkan tas punggung dan sebuah
amlop berisi uang kepada sang mahmud asad, yang mau tak mau jadi terkekeh geli.
“Haduh…padahal lagi dilatih kalau memberi hadiah jangan berupa uang…”
Kakak
sulungnya , Thufail menghampiri dengan wajah capek agak kecut. “ Yah…Mah…. Adek
Beril enak…Cuma mbawa gunting, dikasih hadiah banyak. Lah Kakak…udah panas –
panas , capek – capek nari lama …dikasihnya cuma nasi bungkus…. “
“Nggak
apa – apa sayang…., Kakak khan anak baik dan soleh. Melakukan apapun harus
ikhlas ya….. “ mahmud asad menenangkan.
Si
Kakakpun kembali tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar