Senin, 14 Maret 2016

Cikal - Cikal Kelapa

Pada suatu pagi yang cerah menjelang siang, seorang mahmud asad  --- mamah muda anak sudah dua--- berbaur di pinggir lapangan bersama mahmud – mahmud jenis lainnya. Peluh menetes memberlian bersama hati yang membuncah bahagia melihat kedua anaknya tengah  berpesta siaga . Cikal – cikal coklat itu terlihat gembira dan bersemangat. Dilingkupi Dwi Dwarma, Dwi Satya.

Seperti biasanya, diadakan seremoni upacara pembukaan. Penyiapan barung, penghormatan kepada Pembina upacara, pidato pembukaan.

“Haduh…duh…. tuh anakku. Jangan grogi ya nak…biar jalan baris sambil mbawa nampannya bagus… “ Si mahmud asad  dan mahmud gengnya heboh,  kemudian sibuk memotret momen itu. Putri kecil mahmud asad, diapit dua putri di kanan kirinya ,  mendapat kepercayaan membawa nampan untuk diserahkan kepada kak Pembina pramuka kab- Cilacap, yaitu Ibu Bupati Cilacap. Bapak Bupatinya duduk di panggung mimbar kehormatan.  Setelah nampan sampai, Ibu Bupati mengambil gunting diatasnya, kemudian melakukan pengguntingan pita. Balon yang diikat pada pita pun  berterbangan meriah indah. Diiringi tepuk pramuka yang membahana.

“Ah…balon – balon itu. Seperti berwarna warninya  kecerian anak- anakku “ si mahmud asad terus memotret. “Keceriaan yang mungkin kadang sedikit hilang ketika aku mulai menekankan prestasi dengan alasan demi kebaikan dan mempersiapkan persaingan di masa depan. Balon…balon….seperti pernah aku baca di blognya seorang blooger. Hidup itu seperti Balon; udara yang terisi adalah proses kita menjalani; ada yang ditiup ada yang menggunakan alat; setiap balon begitu unik, karena masing masing memiliki tingkat kerenggangan yang berbeda; jika dipaksakan ditiup terlalu besar maka akan meletus; ada yang diisi udara ada juga yang diisi gas agar bisa terbang; bisa dibentuk dan mempunyai beragam bentuk tergantung fungsinya; jika tidak pecah pada akhirnya balon tersebut berangsur-angsur menyusut kembali kebentuk semula sepeti belum pernah di tiup “

Kemudian dilanjutkan dengan tarian massal. Anak sulung lanang mahmud asad turut di situ. Mahmud asad memotret juga menshootingnya.  

Pesta siaga memperlombakan berbagai macam ketrampilan. Tali temali, sandi, indra penciuman, pengetahuan umum, dll. Tiap barung peserta melewati semua pos perlombaan, hingga siang menjelang sore.

“Mah…nih Beril dapat ini dari Ibu Bupati “ Beril menyerahkan tas punggung dan sebuah amlop berisi uang kepada sang mahmud asad, yang mau tak mau jadi terkekeh geli. “Haduh…padahal lagi dilatih kalau memberi hadiah jangan berupa uang…”

Kakak sulungnya , Thufail menghampiri dengan wajah capek agak kecut. “ Yah…Mah…. Adek Beril enak…Cuma mbawa gunting, dikasih hadiah banyak. Lah Kakak…udah panas – panas , capek – capek nari lama …dikasihnya cuma nasi bungkus…. “

“Nggak apa – apa sayang…., Kakak khan anak baik dan soleh. Melakukan apapun harus ikhlas ya….. “ mahmud asad menenangkan.


Si Kakakpun kembali tersenyum.











Tidak ada komentar:

Posting Komentar