Rabu, 9 Maret 2016, di belahan
bumi khatulistiwa. Matahari muncul dari
ufuk pagi. Seperti hari kemarin, kembali menjadi penanda perputaran waktu,
dengan gelaran kisah yang terus berubah. Penggalan episode hingga kini adalah
benderang jaman keterbukaan, panas persaingan pasar bebas, peluh ilmu
pengetahuan dan teknologi, fotosintesis tetumbuhan yang ihklas, dan bias samar
yang entah. Modernisme, postmodernisme,
kapitalisme, neoliberalisme menjadi juring berukuran besar dalam sebuah piring peradaban , berdampingan dengan juring - juring kecil
lainnya yang tak punya nama.
Bersama euforia para penunggu ,
datanglah sebuah bayangan melengkung menerpa matahari dari bagian atas . Bulan ,
sang lampu lembut malam….teman para pujangga mencari ilham, para filsafat merenung, para waskita mengasah kesaktian, para
nabi menerima wahyu, para religi berdoa….sedang menyapa matahari. Perlahan bayangan
bulan semakin sempurna, dikelilingingi cincin cahaya. Sesaat alam tampak sunyi.
Manusia, dalam gerhana matahari total
kali ini, mengkhidmatinya dengan beraneka.
Lalu, bayangan bulan bergerak ke
Utara. Terbitlah sabit matahari. Cahaya merah muda lembut berpendar. Arakan awan,
kabut, hawa dingin , dan hening menyertai.
Ada gema teriakan yang jauh, tawa, dan doa yang terdalam dari gedung pencakar,belukar, sawah, ladang,
hutan , pabrik, tambang.
Bulan semakin menyibak ke Utara. Dan
kembali matahari. Siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar